Penyusunan Program Pendidikan Individual

Penyusunan program pendidikan individual (PPI) menurut Kitano dan Kirby (1986) dalam Mulyono Abdurrahman (2009) adalah sebagai berikut,  diantara langkah-langkah penyusunan program rancangan PPI.

  1. Membentuk tim PPI. Tim PPI terdiri dari Multi Disciplinary Team (MDT) yang bertanggung jawab bersama membuat rancangan PPI.
    Idealnya tim PPI terdiri dari pihak satuan pendidikan (kepala sekolah/ madrasah, tenaga pendidik kelas, tenaga pendidik bidang studi, guru pendidikan/ pembimbing khusus (GPK), tenaga pendidik BK), orang tua, dan tenaga profesional terkait.
    Pih
    ak sekolah, orang tua, dan tenaga profesional saling berbagi mengenai penilaian peserta didik sesuai dengan kaca mata keahliannya masing-masing.
    Tenaga ahli yang dimaksud antara lain dokter (dokter anak atau dokter spesialis lainnya seperti spesialis mata, THT, dan lain-lain), terapis okupasi atau fisik, penyedia pendidikan jasmani adaptif, psikolog, terapis wicara, dan lain semacamnya.
    Jika pada kenyataannya tidak tersedia kelengkapan tim seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tim PPI dapat disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan dan ketersediaan sumberdaya pendukung yang ada.
  2. Melakukan asesmen diagnostik terkait kekuatan, kelemahan, minat, dan kebutuhan anak didasarkan dari berbagai aspek perkembangan seperti aspek emosi, sosialisasi, kognitif, bahasa, dan fisik/ motorik.
  3. Menentukan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek dari rancangan penyusunan program pendidikan individual. Tujuan jangka panjang dalam pedoman ini adalah Capaian Pembelajaran (CP), sedangkan tujuan jangka pendek dalam pedoman ini adalah Tujuan Pembelajaran (TP) yang disusun sesuai kebutuhan khusus PDBK yang bersangkutan.
  4. Penilaian (asesmen) anak.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Tahap Perencanaan PPI

  • Pembentukan Tim PPI
    Tim PPI saling bekerja sama melakukan penilaian awal (asesmen diagnostik), membuat profil PDBK, menyusun program pendidikan, hingga pada cakupan yang lebih luas sampai kepada menyusun kebijakan sekolah yang mendukung pelaksanaan PPI
  • Melakukan Asesmen Diagnostik
    Sebelum mengaplikasikan rancangan PPI kepada PDBK, tim penyusunan program pendidikan individual perlu mengetahui aspek-aspek yang menjadi kekuatan dan kelemahan peserta didik dengan cara melakukan asesmen. Asesmen yang dilakukan terhadap PDBK umumnya meliputi beberapa aspek, yaitu aspek belajar (learning), aspek sosioemosional (socio-emotional), aspek komunikasi (communication), dan aspek neuromotor. Hasil asesmen dituangkan dalam program pembelajaran berdasarkan modalitas (potensi) yang dimiliki setiap peserta didik.Tujuan utama dari asesmen diagnostik adalah sebagai alat identifikasi awal atau screening PDBK. Tujuan lainnya adalah sebagai dasar dalam penentuan proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran (asesmen formatif dan sumatif). Hasil asesmen juga digunakan untuk menentukan jenis dan bentuk intervensi secara tepat bagi peserta didik.Berikut ini langkah-langkah melakukan asesmen secara umum yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik kelas ataupun tenaga pendidik mata pelajaran. Langkah awal dimulai dari penyusunan program instrumen asesmen. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan asesmen, dan langkah terakhir asesmen adalah melakukan analisis hasil asesmen dan rekomendasi.
Penyusunan Instrumen Asesmen

Berikut beberapa langkah kegiatan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen asesmen.

    1. Identifikasi Identifikasi merupakan langkah awal yang penting dilakukan sebelum membentuk tim PPI. Tujuan identifikasi adalah menemukan adanya kelainan atau kesulitan yang kemudian akan dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
    2. Menetapkan tujuan asesmen Tujuan asesmen menekankan pada aspek kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam bidang tertentu. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kekuatan dan kelemahan PDBK yang bersangkutan. Asesmen kerap dikaitkan dengan kondisi (hambatan/ketunaan yang dialami peserta didik) Asesmen untuk melihat perkembangan PDBK dilakukan secara terus menerus atau ongoing process.
    3. Mengembangkan alat/instrumen asesmen
      Alat asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu alat asesmen yang sudah baku (formal) dan alat asesmen tidak baku (non formal). Alat asesmen yang sudah baku yang dimaksud dilakukan oleh tenaga profesional, seperti tes kecerdasan yang digunakan oleh para psikolog. Alat asesmen yang tidak baku dapat dibuat oleh tenaga pendidik PDBK yang bersangkutan. Alat asesmen buatan tenaga pendidik dapat berupa pertanyaan-pertanyaan untuk pengamatan, soal-soal tes akademik, dan lain sebagainya sejauh masih berkaitan dengan aspek-aspek yang hendak diukur dari kekuatan dan kelemahan PDBK yang bersangkutan.
Pelaksanaan Asesmen

Pelaksanaan asesmen dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu wawancara, observasi, dan tes. Tes dapat dilakukan dengan menggunakan tes baku, tes tidak baku, dan mengkaji dokumen.

    1. Wawancara
      Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi data anak, orang tua, keluarga, proses kelahiran, riwayat perkembangan fisik, sosial dan pendidikan.
    2. Pengamatan/Observasi
      Tenaga pendidik juga dapat mengamati perilaku spesifik anak. Observasi hendaknya dilakukan secara berulang-ulang, dan di tempat yang berbeda-beda agar mendapatkan informasi yang konsisten.
    3. Tes Baku (Formal)
      Tes baku hanya dapat dilakukan oleh tenaga profesional, misalnya Dokter, Psikolog, maupun tenaga profesinal lain. Tes baku untuk mengetahui potensi anak yang berkaitan dengan kecerdasan, bakat dan minat, dan lain-lain.
    4. Tes Tidak Baku (Non-Formal)
      Tes tidak baku penentuan dan instrumen dan pelaksanaan dapat dilakukan oleh tenaga pendidik. Informasi asesmen dari tes tidak baku antara lain kemampuan pemahaman auditori, persepsi visual, orentasi, perilaku, bahasa ujaran, dan motorik.
    5. Kajian Dokumen
      Dokumen yang dikaji hasil asesmen dari tenaga profesional lain yang menangani anak, seperti psikolog, dokter, terapis wicara, terapis okupasi dan sebagainya.
Analisis Hasil Asesmen

Berdasarkan data hasil asesmen, langkah selanjutnya adalah menuangkan analisis hasil asesmen dan rekomendasi penanganan PDBK ke dalam bentuk rancangan penyusunan program pendidikan individual. Rancangan PPI itu sendiri dengan mencantumkan beberapa hal berikut.

    1. Deskripsi kondisi peserta didik.
      Isi dari deskripsi biasanya meliputi riwayat tumbuh kembang, riwayat gangguan dan penanganan gangguan, serta kondisi internal berupa taraf intelektual, keterampilan motorik kasar dan motorik halus, kematangan sosio emosional, kemampuan berbahasa, tampilan perilaku, kemampuan merawat diri, dan tidak tertinggal terkait dukungan eksternal (support systems) yang dimiliki PDBK guna menunjang jalannya PPI.
    2. Tujuan
      PPI dirancang berdasarkan hasil asesmen yang menyeluruh mengenai PDBK. Semakin detil hasil asesmen yang dilakukan, maka tujuan intervensi akan semakin spesifik. Tujuan biasanya dituliskan menurut kerangka waktu, yakni tujuan jangka pendek (tujuan pembelajaran) dan tujuan jangka panjang (capaian pembelajaran).

Tahap Pelaksanaan PPI

Pelaksanaan PPI harus sesuai dengan langkah-langkah yang disusun untuk mencapai tujuan. Pelaksana PPI harus bertanggung jawab dan konsisten. Sepanjang pelaksanaan PPI komunikasi anggota tim tetap terjaga sebagai bentuk kontrol dan pemantauan terhadap pelaksanaan PPI itu sendiri.

  1. Strategi Pengorganisasian
    Dalam proses pelaksanaan PPI, kegiatan pembelajaran harus menggambarkan cara setiap tujuan pembelajaran dapat dicapai. Secara spesifik, tenaga pendidik dapat memilih pendekatan pembelajaran yang memudahkan PDBK dalam belajar (efisien), bukan yang memudahkan tenaga pendidik dalam mengajar. Pendekatan yang digunakan tidak terpaku pada satu metode atau teknik tertentu, tetapi menggunakan berbagai metode sesuai dengan kondisi PDBK (motivasi, temperamen, perhatian, atau konsentrasi); karakteristik materi, serta situasi atau gaya belajar peserta didik. Media pembelajaran bersifat multifungsi, tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran tetapi juga berfungsi untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Bahkan, jika memungkinkan, media juga dapat berfungsi pula sebagai alat rehabilitasi.
  2. Strategi Penyampaian
    Penyampaian program atau materi pembelajaran hendaknya dilakukan secara variatif, dengan melibatkan unsur gerak, suara, main peran, atau simulasi agar mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar PDBK dan memberikan kesempatan kepada PDBK untuk merespon stimulus-stimulus yang diberikan tenaga pendidik secara aktif. Kegiatan pembelajaran juga harus terkait dengan realita, tidak terisolasi, ada kesesuaian antara aktivitas belajar dengan kehidupan nyata, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi bermakna dan fungsional.
  3. Strategi Pengelolaan
    Pendekatan pembelajaran secara aktif harus merancang lingkungan belajar yang sesuai untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan. Lingkungan belajar meliputi materi, media, dan aktivitas pembelajaran. Materi pembelajaran, pada umumnya sama, tetapi terdapat materi yang secara khusus dirancang untuk membantu dan atau sebagai prasyarat dalam mengikuti materi pembelajaran sebagai contoh, materi SD yang dirancang adalah pra-akademik, menolong diri, dan perilaku adaptif.

Kegiatan pembelajaran dalam konteks PPI dapat dilakukan dalam tiga setting: (1) individual (seorang tenaga pendidik mengajar seorang peserta didik), (2) kelompok kecil (seorang tenaga pendidik mengajar dua/ tiga orang peserta didik dalam satu kelompok, dan (3) kelompok besar/klasikal (seorang tenaga pendidik mengajar 5-12 orang peserta didik (bersama-sama dengan anak-anak pada umumnya) Setting layanan disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan tujuan pembelajaran. Misalnya, untuk melatih kontak mata, tenaga pendidik mengajar PDBK secara individual, untuk melatih gerak motorik kasar PDBK dapat belajar dalam kelompok kecil/besar, dan untuk belajar kesenian (musik, suara, atau lukis), PDBK dapat dilayani secara klasikal.

Tenaga pendidik, orang tua, profesional lain harus membuat catatan kejadian dalam proses pembelajaran, yang meliputi kegiatan peserta didik, respon saat diberikan tugas, dan kemajuan yang dicapai. Orang tua PDBK diberikan informasi tentang kemajuan anak dan ketercapaiannya terhadap tujuan pada akhir tahun. Laporan kemajuan sebaiknya diberikan kepada orang tua secara periodik.

Tahap Asesmen Formatif dan Sumatif serta Tindak Lanjut

Pada tahap ini, ada dua kegiatan pokok yang perlu dilakukan yaitu peninjauan dan pelaporan. Peninjauan dilakukan untuk menentukan kelayakan dan keefektifan sebuah program dibandingkan dengan kemampuan PDBK. Tahap peninjauan  program pendidikan individual merupakan dasar untuk membuat rancangan PPI siklus berikutnya. Jika ternyata hasil dari asesmen diperoleh bahwa tujuan jangka pendek (tujuan pembelajaran) tidak tercapai, maka tindak lanjut yang dilakukan penyesuaian di tengah program berlangsung. Hal ini berarti tujuan yang dirancang dalam PPI kurang realistis, atau dapat pula penerapan strategi tidak sesuai dengan kebutuhan PDBK. Jika ternyata hasil dari asesmen diperoleh bahwa tujuan jangka pendek (tujuan pembelajaran) dan jangka panjang (capaian pembelajaran) tercapai, maka tindak lanjut yang dilakukan adalah perumusan rancangan PPI siklus selanjutnya.

sumber: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/rujukan/panduan-panduan-kurikulum-merdeka

Mungkin Anda juga menyukai