Pengembangan Kemampuan HOTS melalui Model Pembelajaran

Pembelajaran yang disajikan sebaiknya dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis, logis, dan sistematis sesuai dengan karakteristik tiap mata pelajaran, serta memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi ( higher order thinking skills  atau HOTS).
Berdasarkan kategori tingkat berpikir yang dikemukakan oleh Anderson, dkk (2001), ada kemampuan berpikir yang lebih tinggi yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Oleh sebab itu, guru dianjurkan untuk mendorong siswanya memiliki kemampuan tersebut dengan menyajikan pembelajaran yang variatif serta pemberian materi yang “tidak biasa” yang dikembangkan dari pasangan KD pada KI 3 dan KD pada KI 4 melalui pengembangan dan penggunaan model pembelajaran yang sesuai.

Karakteristik pembelajaran yang mendorong kemampuan berpikir HOTS, antara lain
sebagai berikut.

  1. Mengundang peran aktif siswa.
  2. Mendorong aktivitas fisik dan mental siswa lebih tinggi.
  3. Mendorong kreatifitas peserta didik memecahkan masalah dan menemukan solusi.
  4. Terbuka peluang bagi siswa menggunakan teknik, media, dan peralatan yang beragam.
  5. Siswa menggunakan pengetahuan, emosi, keterampilan, dan ekspresi lainnya dari sudut pandang beragam.
  6. Pengetahuan yang dikembangkan pada dimensi konseptual dan procedural yang mendorong tumbuhnya keterampilan metakognitif.
  7. Didesain dalam kondisi nyata/hampir nyata, situasi baru yang terduga, hingga situasi baru yang tak terduga.

Berikut contoh kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada matapelajaran Kimia kelas X pada pasangan KD 3.8 dan 4.8 menggunakan model discovery learning.
3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya
4.8 Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.

NoKegiatan Yang DilakukanDeskripsi Kegiatan
1Memberi stimulus (Stimulation)Guru menyajikan bahan kajian berupa gambar dan video orang sedang mencari ikan di sungai menggunakan arus listrik. Pada saat penayangan gambar atau video, Guru menyampaikan kepadasiswa, bahwa cara mencari ikan seperti gambar ini adalah berbahaya bagi pencari ikan dan dapat membuat rusaknya ekosistem air. Oleh karena itu cara seperti ini jangan ditiru oleh siswa.
2Mengidentifikasi masalah (Problem Statement)Siswa mengidentifikasi kejadian dalam video untuk didorong memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik, antara lain berikut.
a. Mengapa arus listriknya tidak mengenai ikan tetapi ikannya bisa mati?
b. Apakah terdapat zat kimia dalam air sungai tersebut ?
c. Apakah ada pengaruh zat kimia tersebut sehingga bisa membuat ikan mati ?
3Mengumpulkan data (Data Collecting)Siswa mencari dan mengumpulkan data/informasi tentang hubungan video tersebut dengan sifat larutan, melalui studi literatur dan percobaan daya hantar listrik secara berkelompok, selanjutnya siswa diminta untuk melakukan pengumpulan data mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan oleh berbagai larutan yang di uji.
4Mengolah data (Data Processing)Siswa melakukan pengolahan data hasil percobaan larutan elektrolit dengan cara berdiskusi.
5Memferifikasi (Verification)Siswa membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk mengklasifikasi dan menganalisis larutan elektrolit kuat, lemah, dan non-elektrolit.
6Menggeneralisasikan (Generalitation)Siswa menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada permasalahan larutan elektrolit dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka:
Direktorat PSMA (2017). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Kemdikbud

Mungkin Anda juga menyukai