Model Pembelajaran Modifikasi Tingkah Laku
oleh admin
Model Modifikasi Tingkah Laku (The Behavioral System Family). Model ini memberikan pembelajaran melalui suatu tugas atau perbuatan yang harus dilakukan siswa untuk memperoleh suatu pengalaman dalam menentukan atau memilih solusi pemecahan masalah yang dihadapi, sehingga siswa memiliki kompetensi tertentu.
Macam-macam model modifikasi tingkah laku, yaitu: Belajar Tuntas (Mastery Learning), Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Belajar Kontrol Diri (Learning Self Control), Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training for Skill and Concept Development), dan Latihan Assertif (Assertive Training).
A. Model Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas adalah model pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh siswa dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajarandikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Tuntas adalah sebagai berikut.
- Kegiatan orientasi
Kegiatan ini mengorientasikan setiap siswa terhadap belajar tuntas yang berkenaan terhadap orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah dirancang, lalu melanjutkan dengan pra tes. - Kegiatan belajar mengajar
Guru melaksanakan langkah pembelajaran pada kegiatan inti, guru memberikan pengalaman belajar aktif melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan berbasis keilmuan, seperti mengamati / menanya / mencoba / mengumpulkaninformasi/menalar/mengomu nikasikan atau kegiatan pembelajaran lain sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan (kegiatan inti menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas, siswa, dan karakteristik mata pelajaran). - Penentuan tingkat penguasaan bahan
Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan tes, dan diperiksa oleh temannya sendiri berdasarkan petunjuk guru. Mereka sendiri yang menentukan tingkat penguasaan bahan berdasarkan kriteria penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya. - Memberikan atau melaporkan tingkat penguasaan setiap siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pengayaan mereka, bahan yang sudah dikuasai ditandai dengan M (mastery) dan yang belum dikuasai ditandai dengan NM (non mastery).
- Pengecekan keefektifan seluruh program
Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai dengan hasil yang dicapai siswa, yakni persentase siswa yang mampu mencapai tingkat mastery (standar A). Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menetukan kategori mencapai tingkat mastery, yaitu dengan membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain, dan membuat hipotesis tentang hasil belajar, lalu dibuktikan berdasar hasil belajar kelas (membandingkan tes awal dan tes akhir).
B. Model Latihan Assertif (Assertive Training)
Latihan assertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Model pembelajaran latihan assertif ini diberikan pada individu yang mengalami kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain melecehkan dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Latihan Assertif, sebagai berikut.
- Rasional strategi, yaitu guru sebagai konselor memberikan rasional/ menjelaskan maksud penggunaan strategi, dan menyampailan overview tahapan-tahapan implementasi strategi.
- Identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan, yaitu guru meminta klien dalam hal ini adalah siswa, untuk menceritakan secara terbuka permasalahan yang dihadapi dan sesuatu yang dilakukan atau dipikirkan pada saat permasalahan timbul.
- Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi target, yaitu guru (konselor) dan siswa (klien) membedakan perilaku asertif dan perilaku tidak asertif serta menentukan perubahan perilaku yang diharapkan.
- Bermain peran, pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang lebih baik.
Siswa sebagai klien bermain peran sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Guru sebagai konselor memberi umpan balik secara verbal, pemberian model perilaku yang lebih baik, pemberian penguat positif dan penghargaan. - Melaksanakan latihan dan praktik
Siswa mendemonstrasikan perilaku yang asertif sesuai dengan target perilaku yang diharapkan. - Tugas rumah dan tindak lanjut
Guru memberi tugas rumah dan meminta siswa mempraktekkan perilaku yang diharapkan dan memeriksa perilaku target apakah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari atau belum. - Mengulang latihan
Guru memberi tugas rumah dan meminta peserta didik mempraktekkan perilaku yang diharapkan dan memeriksa perilaku target apakah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari atau belum. - Termisi yaitu guru sebagai konselor menghentikan program bantuan.
C. Model Pembelajaran Langsung
Merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa.
Alur kegiatan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) sebagai berikut.
1 |
|
2 |
|
3 |
|
4 |
|
5 |
|
Bila guru ingin menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction), maka guru harus melakukan perencanaan yang hati-hati dan matang. Setiap detil keterampilan yang diajarkan harus diidentifikasi secara seksama dan teliti, begitupun langkah-langkah dan penjadwalan demonstrasi dan pelatihan.Lingkungan belajar, menuntutpeserta didik yang aktif belajar baik secara fisik maupun mental. Pembelajaran langsung tidak akan berhasil jika hanya guru yang aktif. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan peserta didik, terutama memperhatikan saat-saat demonstrasi dilakukan oleh guru, memberikan kesempatan resitasi (tanya jawab) untuk klarifikasi dan penguatan. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sesuai akan mendorong implementasi pembelajaran langsungyang dilakukan oleh guru dapat sukses.
Sumber: Model-model Pembelajaran, Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2017