Implementasi pembelajaran berbasis Experiential Learning

Implementasi pembelajaran berbasis Experiential Learning memerlukan perencanaan dan pengorganisasian yang matang. Proses ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang mendalam dan relevan bagi peserta didik.

Implementasi / penggunaan Experiential Learning dalam pendidikan bisa bervariasi. Dalam kelas, guru dapat mengorganisir proyek-proyek, studi kasus, atau simulasi yang memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung. Pendidik juga dapat mendorong siswa untuk melakukan magang atau proyek penelitian di luar kelas sebagai bentuk pembelajaran berbasis pengalaman.

Berikut adalah tiga aspek penting dalam implementasi Experiential Learning:

Perencanaan Pengalaman Pembelajaran (Learning Experience Design)

  • Langkah pertama dalam implementasi Experiential Learning adalah merancang pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan diajarkan. Ini melibatkan pemilihan aktivitas atau pengalaman yang akan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas ini dapat bervariasi dari proyek kelompok, simulasi, permainan peran, hingga kunjungan lapangan.
  • Perencanaan juga mencakup pembuatan kerangka kerja atau panduan yang membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran, peran mereka dalam pengalaman tersebut, serta bagaimana mereka akan merenungkan dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Fasilitasi Pembelajaran (Facilitation)

  • Penting untuk memiliki fasilitator atau instruktur yang terampil dalam Experiential Learning. Fasilitator berperan untuk membimbing peserta didik melalui pengalaman, mengelola aktivitas, dan mendorong refleksi mendalam. Mereka harus memiliki kemampuan untuk memberikan panduan, pertanyaan yang merangsang pemikiran, serta memberikan umpan balik yang konstruktif.
  • Fasilitator juga harus memantau proses pembelajaran, memastikan peserta didik terlibat secara aktif, dan membantu mereka mengaitkan pengalaman dengan konsep yang relevan.

Refleksi dan Abstraksi (Reflection and Abstraction)

  • Tahap refleksi dan abstraksi adalah elemen kunci dalam implementasi Experiential Learning. Setelah pengalaman, peserta didik harus diberi waktu dan ruang untuk merenungkan pengalaman mereka secara mendalam. Ini dapat melibatkan diskusi refleksi, jurnal, atau aktivitas berorientasi refleksi lainnya.
  • Selama tahap abstraksi, peserta didik dibimbing untuk mengidentifikasi konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang muncul dari pengalaman mereka. Mereka diundang untuk mengaitkan pengalaman praktis dengan pemahaman konsep yang lebih abstrak. Ini membantu memperdalam pemahaman dan relevansi materi pelajaran.

Implementasi Experiential Learning memerlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara fasilitator dan peserta didik. Selain itu, perencanaan yang matang, evaluasi berkala, dan penyesuaian atas pengalaman pembelajaran juga penting. Dengan melakukan hal ini, Experiential Learning dapat menjadi pendekatan yang kuat dalam menciptakan pembelajaran yang mendalam, interaktif, dan berdampak positif bagi peserta didik, membantu mereka mengembangkan pemahaman dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks.

Mungkin Anda juga menyukai