Kenaikan Titik Didih (∆tb) Larutan

Kenaikan titik didih adalah fenomena di mana titik didih suatu zat meningkat ketika zat tersebut tercampur dengan zat lain. Biasanya, kenaikan titik didih terjadi ketika suatu zat terlarut dalam pelarut lainnya. Ini adalah salah satu efek koligatif, yaitu perubahan sifat-sifat larutan karena adanya zat terlarut.

Kenaikan titik didih dapat dijelaskan berdasarkan hukum Raoult dan hukum Henry. Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap suatu zat tergantung pada fraksi mol zat tersebut dalam larutan. Ketika zat terlarut ditambahkan ke pelarut, tekanan uap pelarut menurun karena adanya interaksi antara zat terlarut dan pelarut. Hal ini menyebabkan peningkatan titik didih larutan.
Hukum Henry berhubungan dengan kelarutan gas dalam cairan. Ketika gas terlarut ditambahkan ke dalam cairan, jumlah molekul gas di dalam cairan meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan gas di atas larutan. Untuk menjaga kesetimbangan, tekanan gas di atas larutan harus meningkat, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan titik didih cairan.

Kenaikan titik didih juga tergantung pada konsentrasi zat terlarut. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut, semakin besar kenaikan titik didih yang terjadi.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenaikan titik didih meliputi interaksi antara zat terlarut dan pelarut, sifat-sifat masing-masing zat, dan tekanan atmosfer. Setiap sistem larutan memiliki kenaikan titik didih yang khas, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat terlarut dalam pelarut.

Kenaikan titik didih memiliki berbagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Contohnya termasuk penentuan konsentrasi zat terlarut dalam larutan, pemurnian zat melalui destilasi, dan penggunaan antifreeze dalam sistem pendingin mesin untuk mencegah pembekuan.

Kenaikan titik didih (∆t) adalah selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni.

Tekanan uap pelarut pada larutan (P) selalu lebih kecil daripada tekanan uap pelarut murni (Po).
 P< po 

Apabila air sebagai pelarut murni dipanaskan maka air tersebut akan mendidih pada suhu 100°C pada tekanan uap permukaan sebesar 1 atmosfer.

Kemudian ke dalam air tersebut ditambahkan zat terlarut seperti glukosa, sukrosa, atau urea, maka akan terbentuk larutan. Setelah itu, larutan tersebut dipanaskan. Temyata pada suhu 100°C larutan belum mendidih, sedangkan pada saat itu tekanan uap permukaan kurang dari 1 atmosfer. Agar larutan tersebut dapat mendidih maka tekanan uap jenuh permukaan harus mencapai 1 atmosfer. Untuk mendapatkan tekanan tersebut, suhu larutan harus dinaikkan. Jadi, harga titik didih larutan lebih besar dari 100°C pada tekanan uap permukaan 1 atmosfer, berarti lebih besar daripada titik didih pelarut murni

Pada tekanan uap permukaan 1 atm,
 tb2>tb1 

di mana:
tb1= titik didih pelarut murni
tb2 = titik didih larutan

Maka, kenaikan titik didih
 ∆tb = tb2 – tb1 

di mana:
∆tb = kenaikan titik didih
b: dari kata boil = mendidih.
Dengan menggunakan diagram PT maka kenaikan titik didih dapat digambarkan sebagai berikut.

kenaikan titik didih

M = titik didih pelarut murni pada suhu 100oC dan tekanan uap jenuh 1 atmosfer.
S = titik pada suhu 100oC dan tekanan lebih kecil dari 1 atmosfer dimana larutan belum mendidih.
N = titik dimana tekanan uap larutan 1 atmosfer. Pada titik ini larutan mendidih pada suhu lebih besar dari pada pelarutnya (100oC)

Dari diagram di atas terlihat bahwa tekanan uap larutan (P) lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni (Po). Hal tersebut mengakibatkan titik didih larutan naik. Besarnya kenaikan titik didih dirumuskan oleh Roult sebagai berikut.

 ∆tb = Kb.m  di mana
∆tb = kenaikan titik didih
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = kemolalan larutan

kenaikan titik didihdi mana :
G = massa zat terlarut (dalam gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa zat pelarut (dalam gram)

Dengan mensubstitusikan harga m pada persamaan kenaikan titik didih maka diperoleh rumus:

kenaikan titik didih

Harga Kb hanya bergantung pada jenis pelarut, setiap pelarut mempunyai harga Kb tertentu, seperti:

Nama pelarutTitik didih (oC)Kb (oC/m)
Air
Etanol
Benzena
Asam asetat
Fenol
Naftalena
Eter
100
78,4
80,2
118,1
181,75
218
34,55
0,52
1,19
2,53
3,15
3,56
6,92
1,82

Contoh Soal

Soal 1
Sebanyak 36 gram glukosa (Mr=180) dilarutkan dalam 250 gram air. Diketahui Kb air = 0,52oC/m.

  1. tentukan kenaikan titik didih larutan glukosa
  2. tentukan titik didih larutan glukosa pada tekanan 1 atm
Lihat Jawaban
  1. menentukan kenaikan titik didih larutan glukosa kenaikan titik didihJadi kenaikan titik didih larutan glukosa = 0,416oC
  2. menentukan titik didih larutan glukosa pada tekanan 1 atm
    tb air pada tekanan 1 atm = 100oC
    tb = tb air + ∆tb
    tb = 100 oC + 0,416 oC
    tb = 100,416 oC
    Jadi, titik didih larutan = 100,416oC

Soal 2
Suatu zat elektrolit sebanyak 34,2 gram dilarutkan dalam 250 gram air. Larutan yang terbentuk ternyata mendidih pada suhu 100,208 oC dan Kb air = 0,52 oC/m. Tentukan massa molekul relatif zat tersebut.

Lihat Jawaban

tb = tb air + ∆tb
100,208 = 100 + ∆tb

kenaikan titik didih

0,208 Mr = 71,136
Mr = 342
Jadi massa molekul relatif zat nonelektrolit  tersebut adalah 342.

Soal 3
Sebanyak 30 gram urea (Mr = 60) dilarutkan dalam 500 gram etanol. Diketahui titik didih etanol 78,4 oC dan Kb etanol = 1,19 oC/m. Tentukan titik didih larutan urea dalam etanol tersebut.

Lihat Jawaban
kenaikan titik didih

tb = 78,4 oC + 1,19 oC
tb = 79,59 oC
Jadi titik didiih larutan urea dalam etanol adalah 79,59 oC.

Mungkin Anda juga menyukai